Jumat, 07 Maret 2014

Pengukuran Sudut Repetisi Theodolite FK


 A.    Tujuan
      Untuk mengetahui sudut dengan pengukuran secara repetisi

B.     Tempat & Tanggal
     Tempat  : halaman belakang fakultas Geodesi & Geomatika
     Tanggal : Kamis, 18 Oktober 2012

C.     Peralatan yang digunakan
1.      Teodolit fannel Kassel ( jenis besar, 1 buah )
2.      Statip ( 1 buah )
3.      Unting-unting beserta benangnya ( 3 buah )
4.      Tripod / kaki tiga ( 2 buah )
5.      Patok / paku paying ( 3 buah )

D.    Langkah kerja
            Menentukan 3 buah titik kemudian berikan tanda pada titik B.
                                     
1.   Dirikan satif di titik B, atur sentering dengan bantuan unting-unting sehingga lurus tepat di atas titik B. buat kepala statip sedater mungkin dan setinggi dada praktikan. Setelah sentering pasang teodolit di atas kepala statip, atur sentering sehingga sumbu I vertical.

2.      Bidik titik A. dengan skrup klem dan penggerak halus limbus, bacaan pada titik A dapat di atur agar menjadi nol atau anggka yang lain. Bacaan ini = p
3.      Matikan klem limbus dan buka klem horizontal. Bidik teropong pada titik C. setelah tepat, matikan klem horizontal. Baca q, dan di peroleh sudut β.
4.      Bawa pembacaan q ke pembidikan A dengan cara membuka klem limbus. Setelah tepat, matikan klem limbus.
5.      Buka klem horizontal, bidikan teropong pada titik C. dengan cara ini, akan di dapatkan sudut β lagi. Lakukan kegiatan ini 3 kali sehingga di dapat sudut 3 sudut β.


F.    Analisa data

Data dibawah ini diperoleh dari hasil pengamatan kami di beberapa kelompok dikarenakan kalompok kami tidak mendapatkan pinjaman alat.


1.      β kasar = 234˚00’00” - 187˚12’00” = 46˚48’00”

m = 234˚00’00” + 3 x 46˚48’00” = 1,04 dibulatkan menjadi 1
                        360˚

jadi β, = 280˚48’00” - 187˚12’00” + (1 x 360˚)    = 151˚12’00”
                                   3                                                  
  
2.      β kasar = 138˚23’00” - 69˚11’40” = 69˚11’20”

m = 138˚23’00” + 3 x 69˚11’20” =  0.96
                       360˚

Jadi β, = 207˚35’10” - 69˚11’40” + (0 x 360˚)  = 46˚7’50”
  3


3.      β kasar = 330˚00’00” - 180˚00’00” = 150˚00’00”

m = 180˚00’00” + 3 x 150˚00’00” = 1.75
                         360˚

Jadi β, = 45˚00’00’’ - 180˚00’00” + (1 x 360˚) = 75˚00’00”
                                    3

4.      β kasar = 124˚58’40” - 62˚29’20” = 62˚29’20”

m = 124˚29’20” + 3 x 62˚29’20” = 0,86
                        360˚
Jadi β, = 187˚28’00” - 62˚29’20” + (0 x 360˚) = 41˚39’33,33”
                                        3
5.      β kasar = 103˚52’00” - 51˚56’00” = 51˚56’00”

m = 103˚52’00” + 3 x 51˚56’00” = 0,72
                         360˚

Jadi β, = 155˚48’00” - 51˚56’00” + (0 x 360˚) = 34˚37’20”

                                          3
      G.    Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kita lakukan, kita dapat mengetahui sudut dalam horizontal dengan metode pengukuran repetisi. Adapun keuntungan dari penerapan metode pengukuran repetisi ini yaitu kita dapat menghilangkan kesalahan akibat pembagian bacaan yang tidak rata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar